Random Access terminal

Hello gess, kenalin nih. Gw admin web seklian founder dari RAT. Sebenernya buat pemilihan nama web ini sengaja di unique an wkwkw. Biar mainstreame gitu. Sama kayak founder web2 lain gitu wkwkwk.

Anime Issekai

Networking

Google adsense

Sekarang ini banyak framework yang dapat kita gunakan untuk membuat aplikasi. Sehingga bila kita bekerja dengan teamwork, kita bisa explorasi ide namun tetap berada pada jalur yang sama.  Ide tetap dapat dikomunikasian antara anggota team satu dengan yang lain. Bila kita ingin melanjutkan pekerjaan kita yang sudah pernah kita kerjakan untuk ditambah fitur dan lainnya kita tinggal meneruskan pada modul yang diperlukan.

“Tidak ada pilihan bingung, banyak pilihan tambah bingung”, kata teman saya. Banyaknya framework yang telah ada sekarang membuat pilihan yang seharusnya membuat kita nyaman. Kita tinggal coba, pilih lalu explorasi. Dari beberapa framework berikut ini pemetaan yang dibuat oleh Christope Coenrats dapat menjelaskan dengan mudah perbedaan masing-masing framework hybrid.
hybrid framework

framework hybrid




Kalau kita perhatikan pemetaan diatas kita bisa melihat keterangan sebelah kiri ada UI (User Interface), Architecture, DOM sedangkan di sebelah bawah keterangan nya yaitu full stack dan custom stack. Kalau saya jelaskan Full Stack adalah framework yang telah menyediakan DOM, Architecture sekaligus User Interfacenya. Sedangkan Custom Stack adalah pilihan yang memperbolehkan kita meng-kustomasi DOM, Architecture dan User Interfacenya.

Contohnya: Saya akan membuat aplikasi hybrid yang akan saya install untuk perangkat Android, Iphone dan Windows 8. Saya pilih jQuery Mobile untuk aplikasi ini, maka saya sudah mampu untuk mengatur alur datanya (Architecture), akses event untuk elemen (DOM), dan tampilan (UI). Namun apabila saya tidak puas misalkan pada tampilan yang diberikan jQuery Mobile saya dapat memilih cara custom yaitu custom stack.

Pada saat saya masih explorasi javascript framework, saya awalnya juga susah menentukan javascript framework manakah yang terbaik dan akan saya gunakan. Masing-masing framework mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, setelah saya mencoba satu persatu dari tiga framework yang saya pilih akhirnya saya dapat menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dapat saya sampaikan disini yang baik-baik saja, yang buruknya saya serahkan kepada anda untuk menemukannya sendiri. Dari tiga framework yang saya coba yaitu Backbone, Jquery Mobile dan Angular JS kesimpulan yang saya antara lain:

  1. Bila anda menyukai framework yang simple, mudah, dan langsung berhubungan dengan DOM maka Jquery Mobile dapat diandalkan. Bila anda sudah kenal dengan jquery maka sangat mudah bila menggunakan Jquery mobile.

  2. Bila anda terbiasa dengan pemrograman object menggunakan javascript native, menyukai ukuran yang kecil sehingga tidak membebani aplikasi dan anda ingin bebas memilih  library yang anda perlukan, maka Backbone pilihan yang tepat

  3. Bila anda menyukai kecepatan koding (hemat baris kode), dukungan library sekelas google, berhubungan dengan service menggunakan cara lebih aman  maka angular js adalah pilihan yang bagus.


Catatan: ketika saya menggunakan service menggukan JQuery Mobile menggunakan ajax ataupun $.getJSON caranya hampir sama ketika menggunakan Backbone karena sama-sama menggunakan $.ajax milik jquery sehingga penanganan untuk request get dan post untuk web servis-nya sama. Namun, berbeda dengan cara berhubungan angularjs, terutama untuk penanganan post, karena jQuery mengirim data menggunakan Content-Type: x-www-form-urlencoded dan parameter biasanya dikirim seperti ini: foo=bar&baz=moe serialization. Berbeda dengan Angular yang mengirim menggunakan Content-Type: application/json and { “foo”: “bar”, “baz”: “moe” } bentuk JSON serialization. Sehingga service yang menangkap data juga harus dimodifikasi untuk dapat mengolah data angular post.

sumber: https://inwebsite.wordpress.com/2014/05/06/hybrid-framework/

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib